Entri Populer

Senin, 23 Maret 2009

Selamatkan Bumi dengan Cara Mengurangi Jumlah Kebutuhan Sampah

Sampah plastik membawa permasalahan tersendiri, saat saya pertama kali tahu bahwa plastik memakan waktu ratusan tahun untuk musnah, saya sering merenung dalam permenungan tersebut saya berfikir orang ”gila” mana menciptakan sesuatu yang tak musnah ratusan tahun tapi masa penggunaannya hanya dalam skala jam bahkan detik. Bungkus permen yang hanya bertahan sepuluh detik di tangan, lalu masuk tong sampah, ditimbun di tanah dan baru hancur setelah si pemakan permen menjadi fosil. Sukar membayangkan memang, apa jadinya hidup ini tanpa plastik, tanpa cat, tanpa deterjen, tanpa karet, tanpa mesin, tanpa bensin, tanpa fashion dan lain sebagainya. Ataukah terkadang kita berpikir bahwa dunia ini diciptakan untuk dirusak supaya ada penciptaan baru? Saya mulai merefleksikan hal ini : Apakah kita sudah tahu tapi terus sengaja merusaknya?, apakah kita memang benar tidak paham dan tidak tahu?, mungkinkah kita tahu semua itu tetapi tidak tahu harus berbuat apa? ataukah kita tidak mau untuk diajak tahu dan tidak dilatih untuk tahu ? Semua itu tergantung pemahaman seseorang dan kematangan intelektualitas seseorang untuk memahaminya.

Sekarang semua orang serba konsumtif dan kapitalisasi masuk kedalam semua elemen masyarakat. Orang hanya akan berpikir sejauh mana orang berkembang dan mencari untung sebanyak-banyaknya. Untuk menekan biaya produksi, produsen menggunakan barang-barang murah dan tidak memperhatikan kelestarian alam. Steofom banyak digunakan sebagai pengganti bungkus makanan. Banyak ditemui steofom sehari-hari, lalu apakah kita berpikir ke mana kemasan sterofoam yang membungkus nasi rames, pop mie, dan sebagainya. Berapa banyak pohon yang ditebang untuk koran yang kita baca setengah jam saja, beban polutan yang diemban baju-baju yang sering kita beli. Kita jarang berpikir dalam mengambil tindakan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan sekitar. Sulit rasanya bahwa apa yang kita perbuat nantinya bisa menyelamatkan bumi atau tidak. Sangat manusiawi bila kita terjebak dalam kondisi itu. Untuk aktivitas harian yang kita lewatkan tanpa berpikir, yang sederhana saja pernahkah kita berhitung bahwa untuk hidup 24 jam kita bisa menghabiskan sumber daya alam ini berkali-kali lipat berat tubuh kita sendiri.

Saatnya kita membuka diri akan pengetahuan hidup kita. Kita harus mempunyai wawasan global dan bertindak demi penyelamatan bumi. Memang kita tidak bisa menyelamatkan bumi sendirian akan tetapi kita dapat melakukan sesuatu dari yang kecil dahulu. Kita harus membangun konsep berpikir kita bahwa kita harus berpikir global tetapi dengan tindakan lokal. Think globally act locally. Melihat parahnya akibat dari tindakan kita selama ini terhadap bumi yang kita diami selama ini mungkin kita akan menyesal dan mencoba untuk mengontrol tindakan-tindakan kita. Ataukah kita akan menjadi manusia cengeng yang terus meratapinya dan tidak berbuat apa-apa. Hadirnya globalisasi dalam kehidupan ini menjdikan kita banyak tahu sebab dan akibat dari apa yang manusia lakukan. Kita bisa frustrasi karena terjepit dalam ketergantungan gaya hidup yang tak bisa dikompromi, kita bisa juga semakin apatis karena tidak mau pusing. Yang jelas, sesungguhnya ini adalah pengetahuan yang sudah saatnya dibuka. Dalam dunia pendidikan saatnya dibuka wawasan tentang kondisi bumi dan akibat perilaku buruk manusia terhadap kelangsungan atau daya dukung bumi. Dalam pembelajaran ilmu alam, selain belajar penampang daun dan membedah jantung katak, dapat dibuat lebih empiris dengan mempelajari hulu dan hilir dari benda-benda yang kita konsumsi, sehingga tanggung jawab akan alam ini telah disosialisasikan sejak kecil. Pernahkah kita merenung, saat kita memasuki FO (Factory Outlet) empat lantai, mall, atau pasar di mana ada lautan pembeli yang selalu mengejar barang-barang konsumtif demi kepuasan lahir atau trend belaka.Sadarkah mereka bahwa semua baju dan barang-barang itu membawa dampak bagi lingkungan atau mengandung polutan bagi lingkungan, akan tetapi kenapa barang-barang ini tidak ada habisnya diproduksi. Setiap hari selalu ada jubelan pakaian baru yang menggelontori mall, FO, atau pasar !!! sungguh ironis dan semua itu adalah hasil dari perilaku manusia. Ya, kita menciptakan sampah yang terbungkus rapi sangat indah dan bak harta karun dunia. Pernahkah kita merenung, saat kita memasuki hypermarket dan melihat ratusan macam biskuit, ratusan varian mie instan, dan ratusan merk sabun, apakah itu dapat memanusiawikan manusia atau malah sebaliknya.
Sekarang saatnyalah kita berbuat yang terbaik untuk bumi, kita tidak perlu muluk-muluk atau berbuat demi kelangsungan hidup manusia akan tetapi yang kita perlukan adalah berbuat dari yang terkecil mulai dalam diri sendiri. Kita berbuat yang sederhana saja asalkan tindakan tersebut mempunyai visi demi kelestarian alam. Marilah kita menyadari bahwa apa yang kita inginkan sesungguhnya jauh melebihi apa yang kita butuhkan. Jangan mengobral atau mengumbar nafsu atau keinginan ragawi yang ujungnya pada perilaku konsumtif. Permaslahan yang muncul adalah mampu dan sanggupkah kita untuk menghilangkan atau memutus rantai dari bermacam-macam polutan tersebut atau setidaknya mengurangi demi bumi kita ini. Bukan berarti kita kembali pada jaman prasejarah atau jaman dinosaurus akan tetapi kita wajib memikirkan barang atau kebutuhan apa yang kita gunakan ini setidaknya ramah bagi lingkungan. Beranikah kita menciptakan suatu produk yang dapat didaur ulang atau setidaknya berteriak lantang mengenai kerusakan yang disebabkan ulah para kapitalis itu. Inilah yang dikatakan butuh proses dari kita semua, marilah kita renungkan itu demi kelestarian bumi kita.

Bertindaklah dari dalam diri sendiri dulu untuk menyelamatkan bumi
Untuk menyelamatkan lingkungan kita tidak dibutuhkan omong yang besar atau konsep yang muluk akan tetapi lebih baik kalau kita berani memulainya dari dalam diri saat ini. Pola perilaku akan seirama dengan kebutuhan hidup kita. Semakin kita berpikiran untuk memenuhi hasrat duniawi kita maka akan semakin banyak kita menyumbangkan polutan dibumi ini. Pernahkah kita berpikir bahwa kebutuhan hidup kita dapat terpenuhi oleh alam sekitar atau sumbangan alam terhadap kebutuhan kita apakah besar? Jawabannya adalah sangat besar, Tuhan menciptakan umatNya disertai dengan ketersediaan kebutuhan untuk manusia. Makanan, obat-obatan dan lain sebagainya, kalau kita berani kembali pada alam ” back to nature ” maka semakin sedikit polutan yang kita hasilkan. Permasalahan yang pokok adalah bagaimana dengan pakaian atau fashion kita, apakah kita tidak pakai baju atau tubuh hanya ditutupi dengan dedaunan. Tentunya tidak, kita tetap pakai baju dan tetap mengikuti model. Dewasa ini banyak orang menghendaki untuk tampil sempurna apalagi pekerjaan yang mengharuskan banyak orang tampil dimuka umum. Tentunya kebutuhan akan pakaian sangat tinggi, akan tetapi kalau kita bisa mengatur dengan baik maka tidak mustahil bahwa tindakan kita sedikit mereduksi tentang masalah lingkungan.
Kita bisa membuat komitmen dengan lemari pakaian, yakni baju yang kita miliki tidak boleh melebihi kapasitas lemari, jika lebih maka harus ada yang dikeluarkan. Kita bisa membatasi jumlah lemari baju di kamar kita, sehingga kita tidak terjebak dalam perilaku koleksi baju yang ujung-ujungnya tidak pernah dipakai. Sebenarnya tidak cuma baju akan tetapi juga buku, pernak-pernik, alat dapur dan sebagainya. Gunakan yang seperlunya dan jika dirasa tidak perlu tidak usah membeli. Kita harus berani membuat komitmen untuk membatasi diri dari barang-barang yang menghasilkan polutan tinggi. Marilah kita mawas diri dengan aneka pilihan kebutuhan hidup kita.
Beranikan diri kita untuk membuka informasi yang seluas-luasnya tentang lingkungan, global warming, perubahan iklim dan sebagainya. Kiata perlu tahu bahwa pengetahuan dan pendidikan ekologi sangat penting bagi perkembangan hidup kita.

Pilihlah pola hidup yang sederhana
Pola hidup menjadi penyumbang terbesar dalam kerusakan ekologis, memang didunia yang serba canggih ini hidup tidak mudah. Godaan datang dari mana-mana termasuk godaan untuk berperilaku konsumtif. Utuk itu marilah kita mempelajari setiap jengkal dari proses kehidupan ini. Pilihlah pola hidup yang sederhana dengan memperhatikan aspek lingkungan. Kembalilah pada alam dan jangan biasakan untuk selalu menikmati hidup berdasar pada satu kebutuhan saja. Hidup dengan tempo yang lebih sederhana dan dengan penuh kesadaran, maka kita akan mudah untuk mawas diri dan mengendalikan segala perilaku kita. Jangan melulu berorientasi pada hasil industri dalam pemenuhan kebutuhan hidup, kita bisa menyelengarakan dan memenuhi kebutuhan kita hanya dari alam semesta. Renungkanlah sejenak apa yang sudah kita lakukan selama ini, diamlah sebentar dan ubah arah hidup kita yang selama ini sudah melenceng. Marilah kita memotong lingkaran setan dari kerusakan alam yang dimulai dari hidup kita. Lawanlah segala keinginan duniawi yang konsumtif dan mulailah sekarang untuk menatap lingkungan yang sehat, asri dan umur bumi akan semakin panjang.


salam lingkungan Martinus eko

Kamis, 26 Februari 2009

Jadikan lingkungan hidup bernilai

Saat saat yang indah di dunia yang tercinta dengan penuh banyak anugerah dari Tuhan YME karena berkat dan kasih Nya kita dapat menikmati keindahan bumi kita saat ini. Namun, saat ini, bumi kita di ibaratkan seorang manusia yang terkena sakit keras dan dalam keadaan koma. Mengapa?, ya karena kegiatan manusia itu sendiri, yang banyak merusak lingkungan, seperti membuang sampah di sembarang tempat, illegal logging, membakar sampah/ menimbulkan polusi ,dll.
Kegiatan manusia memang tidak bisa terlepas dari lingkungan kehidupan manusia itu sendiri, namun manusia juga tidak bisa lepas dari perilaku buruknya terhadap lingkungan, yaitu mengotori lingkungan dan mengubah lingkungan yang dulunya asri,bersih menjadi sesuatu yang tidak berguna.
Memang, pemerintah sudah memberikan sebuah instruksi mengenai PP (peraturan pemerintah) tentang lingkungan hidup dan pemanfaatanya, hingga membahas mengenai masalah hukuman dan denda yang harus di bayarkan jika kita ketahuan melakukan hal yang merusak lingkungan. Nah pemerintah akan memberlakukan PP itu jika pemerintah mengetahui ada subyek yang merusak lingkungan, namun bagaimana dengan yang merusak lingkungan dan yang tidak diketahui? Pasti bahagia para pelanggar lingkungan oleh pemerintah bisa dikenakan denda sebesar Rp. 200.000.000,- dan itu bukan harga yang sedikit bagi pelanggar lingkungan.
Oleh karena itu, jika tidak ingin membayar denda sebesar itu yang bisa menjadi uang muka (DP) sebuah rumah menengah, maka janganlah merusak lingkungan kita, lakukan salah satu kegiatan yang menjadikan lingkungan kita asri dan kita menjadi sosok yang ramah lingkungan yaitu melaksanakan 3R Reuse, Reduce, Recycle. Yaitu kegiatan di mana kita menggunakan barang bekas untuk dijadikan sesuatu dalam kegiatan kehidupan kita, seperti jika ada kaleng susu bisa kita manfaatkan untuk pot bunga lalu kalau ada bungkus sabun / mie instan kita juga bisa memanfaatkan dengan cara menjahit, dan masih banyak lagi.
Seperti kita saaat ini, untuk menjadi sebuah generasi yang ramah lingkungan atau environmental friendly generation maka, berusahalah menjadikan diri kita berguna bagi sesama dan lingkungan alam kita. Seperti saat ini, jika di kalangan kita ada sebuah perkumpulan yang berusaha untuk menyelamatkan lingkungan, jangan kita singkirkan hal hal seperti itu. Mengapa? Karena perkumpulan itu sudah berusaha untuk menyelamatkan lingkungan dari sebuah bencana yang biasanya banyak di tuliskan diposter atau diteriakkan pada waktu bumi sudah sekarat dengan global warming sehingga banyak kegiatan yang mendukung terjadinya sebuah lingkungan hidup yang asri dan segar
Janganlah kita sembarangan membuang sampah walaupun kita menganggap diri sebagai manusia yang sibuk. Ingat bahwa sungai atau pun tempat yang lain sangat berharga bagi kehidupan kita. Mari kita lakukan semua hal yang mendukung untuk menyelamatkan lingkungan, dan pasti jika kita baik pada semua maka Tuhan akan selalu mencatat apa yang kita lakukan baik pada sesama maupun pada lingkungan karena setiap makhluk hidup adalah ciptaanNya. SO…… SAVE OUR WORLD…..NOW..

Hariis 9D-14 2009
Lingkungan hidup
Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai:
Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada.
Keadaan/kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup.
Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup, terutama:
Kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup.
Gabungan dari kondisi sosial and budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas mahluk hidup.
Istilah lingkungan dan lingkungan hidup atau lingkungan hidup manusia seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang sama.
Apabila lingkungan hidup itu dikaitkan dengan hukum/aturan pengelolaannya, maka batasan wilayah wewenang pengelolaan dalam lingkungan tersebut harus jelas
Definisi Lingkungan Hidup Indonesia
Lingkungan hidup bagi bangsa Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya.
Secara hukum maka wawasan dalam menyelenggarakan penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Wawasan Nusantara.
Persetujuan Internasional Tentang Lingkungan Hidup
Indonesia termasuk dalam perjanjian: Biodiversitas, Perubahan Iklim, Desertifikasi, Spesies yang Terancam, Sampah Berbahaya, Hukum Laut, Larangan Ujicoba Nuklir, Perlindungan Lapisan Ozon, Polusi Kapal, Perkayuan Tropis 83, Perkayuan Tropis 94, Dataran basah, Perubahan Iklim - Protokol Kyoto (UU 17/2004), Perlindungan Kehidupan Laut (1958) dengan UU 19/1961.
Masalah lingkungan hidup di Indonesia
Bahaya alam: banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi, kebakaran hutan, gunung lumpur, tanah longsor,limbah industri, limbah pariwisata, limbah rumahsakit.
Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur

pengolahan sampah

Kenapa Harus Ada Pengolahan Sampah??

Saat ini hampir 15 ton sampah dihasilkan oleh bumi dalam 1 hari. Sebagian sampah tersebut merupakan sampah basah/organik. Sebenarnya dari sampah-sampah tersebut bisa dihasilkan sesuatu yang lebih berguna, seperti: Kompos,Kerajinan tangan. Saat ini sebenarnya mulai digalakkan program daur ulang sampah, tetapi kurangnya respon masyarakat menyebabkan tidak maksimalnya kegiatan tersebut.

Padahal jika kita mengelola sampah dengan baik kita bisa mendapatkan beberapa keuntungan, yaitu menghemat lahan TPA (Tempat pembuangan Akhir), dan juga mendapatkan lingkungan yang asri sehat dan bersih.

Lain halnya jika kita tidak mengelola sampah dengan baik,maka dampaknya akan menjadi fatal.Dampak bagi kesehatan adalah timbulnya penyakit diare, kolera, tifus,dan juga demam berdarah. Ada juga dampak bagi lingkungan, lingkungan menjadi bau dan menjadi tidak nyaman, juga bila sampah tersebut dibuang ke sungai /saluran air dapat menyebabkan banjir.

Oleh karena itu sampah harus kita kelola dengan baik agar lingkungan menjadi lebih sehat. Dan bila kita melakukan pengelolaan sampah kita juga bisa ikut mencegah global warming.


Oleh:Andrew. 7E/3

Rabu, 25 Februari 2009

pelatihan motivator sahabt air di PPLH

“ Pelatihan Motivator Sahabat Air”
Perum jasa tirta 1 Surabaya dan
Pusat Pelatihan Lingkungan Hidup seloliman
23-24 juni 2008, Surabaya-Trawas, Jawa Timur


pada hari pertama pelatihan motivator sahabat air yang diselenggarakan oleh Ecoton (lembga kajian sumber daya lahan basah ) ,kami Pandyapratita, Viqi Vinsensius J.S.T, dan Ika Ningrum mewakili SMP Santa Maria Surabaya bersama 8 sekolah lainnya memulai pelatihan yang bertempat di gedung Jasa Tirta 1 tepatnya jalan rolak Surabaya

pertama tama kami dikumpulkan di suatu ruangan. Kami di bagi menjadi tiga tim dan masing masing dijelaskantim diberi materi, tim pertama: tentang wc terapung,tim kedua: biota di kali Surabaya dan tim ketiga: jumlah pencari cacing di kali Surabaya. Juga semua tentang jasa tirta dan PDAM juga titik titik air di jawa timur Dam di jawa timur, dasar dasar ecoton, dan misi misi ecoton (penyelenggara) telah . Setelah mengerti kami diajak naik kapal motor. Menyusuri kali Surabaya lewat jalur laut kami singgah sebentar di kambangan diajak meneliti biota biota laut dengan cara dijaring dengan jaring dari tim ecoton.
Kami juga mencatat jumlah pencari cacing dan jumlah Wc terapung di sekitar bantaran kali Surabaya. Setelah kami sampai di PT Surya Agung Kertas kami meneliti kadar air yang terkandung disekitar tempat dibuangnya limbah dari PT Surya Agung Kertas.
Setelah kira kira hampir empat jam kami melanjutkan perjalanan ke PPLH dengan menggunakan Bis. Perjalanan kira kira 2 jamkami sampai di PPLH. Pertama tama kami semua dijelaskan tentang aturan aturan di PPLH lalu kami diajak menyusuri air terjun di PPLH

malam harinya kami diajak sharing tentang apa saja yang telah kita perbuat kepada alam ini temankami dari ciputra mereka mengatakan bahwa dia berpuasa agar di bayar dan uang tersebut digunakan untuk kemajuan dunia lingkungan hidup. Teman kami dari SMA negeri mengatakan bahwa tim nya pernah menindak lanjuti perilaku PDAM kepada pihak yang berwajib. Sungguh mengejutkan bukan !!.

perjalanan kami di PPLH ini tidak hanya sampai disini. keesokan harinya saya dan para cowok cowok memutuskan bangun jam 3 pagi untuk pergi ke air terjun sendirian. Saya bersama teman teman dari sekolah lain menyusuri rute yang sebelumnya belum pernah kami lewati sebelumnya jadi kami hampir tersesat namun karena kami semua bondho nekat kami pun enjoy enjoy saja jalan sambil ngobrol. Di tengah perjalanan salah satu anggota dari tim Ecoton datang bermaksud juga mau main air di air terjun jadi kami semua berjalan bersama sama.

sesampainya di air terjun seperti biasa copot baju dan byurr kami turun ke sungai kecil anak dari air terjun itu. Setelah itu kami bersiap siap kembali ke PPLH. Kami membersihkan diri terlebih dahulu untuk kemudian makan pagi pada Pk 08.00 wib. Setelah makan kami diberi tugas yaitu “membangun mimpi “ dimana setiap sekolah Merancang kali Surabaya puluhan tahun lagi akan jadi apa. Juga kami disuruh membuat poster tentang lingkungan hidup yaitu ekosistem alam yang rusak yang kemudian akan dibenahi. Lalu membuat suatu pertunjukan dimana setiap tim harus memperagakan apa yang sudah diamati di Kali Surabaya tadi: yang wc terapung ya drama tentang wc terapung Dsb sesuai kesepakatan kelompok.


nah kebetulan saya membuat drama tentang wc terapung ceritanya tentang limbah limbah pabrik yang mencemari kali Surabaya. Usai acara tersebut kami berkemas kemas dan jalan ke joglo tempat kami tidur untuk berbernah dan kami bersiap siap pulang. Kira kira perjalanan selama 2 jam kami tiba di Perum Jasa tita 1 dan menunggu dijemput oleh orang tua kami masing masing. Itulah semua acara pada pelatihan yang saya ikuti terimakasih kepada Pembina dan sekolah yang telah memberi kesempatan saya untuk ikut acara tersebut dan juga kepada tim ecoton yang membimbing kami dalam rangkaian acara tersebut. Saya ucapkan juga terimakasih kepada semua yang telah membantu terlaksananya acara tersebut yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu

Terima kasih God Bless you all
Tahun 2040: 2000 pulau tenggelam

Kontributor Sr. Windhi, OSU
Thursday, 11 October 2007
Mungkin anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas, bukanlah suatu masalah yang perlu kita risaukan.
"Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?" barangkali begitulah anda berpikir.
Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC) memublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15-0,30C.
Jika peningkatan suhu tersebut terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi:
· kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat
· Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan
· Napas tersengal oleh asap dan debu
· Rumah-rumah di pesisir terendam air laut
· Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau
· Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.
Di Indonesia, gejala serupa terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,170C per tahun. Sementara Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,870C per tahun.
Tanda yang kasat mata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, yaitu gunung Jayawijaya di Papua.
Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institute Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan pada tahun 2050 daerah-daerah di Jakarta (seperti Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya. Dengan adanya gejala ini sebagai warga negara kepulauan sudah seharusnya kita khawatir. Pemanasan global dapat mengancam kedaulatan negara. es yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan menyebabkan permukaanlaut bumi termasuk laut di seputar Indonesia terus meningkat. Pulau-pulau kecil terluar kita bisa lenyap dari peta bumi, sehingga garis kedaulatan negara bisa menyusut. Dan diperkirakan dalam 30 tahun mendatang sekitar 2000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau kecilpun akan kehilangan tempat tinggal. Begitu pula asset-asset usaha wisata pantai.
Peneliti senior dari Center for International Research (CIFOR) menjelaskan pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas/inframerah) yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena makin tipis lapisan-lapisan teratas atmosfer, maka leluasa radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca.
Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakar fosil (minyak, bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan rumahtangga, mobil, pabrik, ataupun membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara.
Gas lain yang juga masuk peringkat atas adalah metan (CH4, 18%), Ozon (O3, 12%), dan Clorofluorocarbon (CFC, 14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan sapi. Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan. Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan AC model lama. Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu rumah kaca.
Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim. Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah memasuki bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut perkiraan, dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari normal. Banyak orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam lebih dari separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan global saja. Padahal 35% rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah penyebab makin panasnya udara Jakarta. Itu sebabnya, kerusakan hutan di Indonesia bukan hanya menjadi masalah warga Indonesia, melainkan juga warga dunia.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) mengatakan bahwa Indonesia pantas malu karena telah menjadi negara terbesar ke-3 di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang, 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan Kalimantan akan habis, 15 tahun lagi hutan di seluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara bersih. Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas planet Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan, termasuk anak-anak kita nanti.
Cara-cara praktis dan sederhana"mendinginkan" bumi:
Matikan listrik. Jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan bakar fosil penyumbang besar emisi.
Ganti bohlam lampu ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet.
Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
Jika terpaksa memakai AC, tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-240C.
Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
Tanam pohon di lingkungan sekitar anda.
Jemur pakaian di luar (angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin dryer yang banyak mengeluarkan emisi karbon).
Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
Hemat penggunan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau anda juga dapat membantu mengumpulkan untuk didaur ulang kembali.
Sebarkan berita ini ke semua orang.

Kamis, 19 Februari 2009

cara membuat Kompos

Huoiii prenzz. Kalian semua tau khan bahwa sampah disekitar kita tu banyak bangeetz. Nah maka dari itu kita kudu bantu negara kita ni dalam memberantas sampah.Cozz kalian mesti wajib n kudu baca cara mengolah sampah jadi pupuk sendiri supaya di rumah prenzz sekalian dapat mengolah
di bawah ini:
First, kalian mesti pilah pilah yang mana sampah basah,n kering,
Truss sa marine di pilah siapkan sampah basah yang terdiri dari dedaunan, rumput, kulit buah, pokoknya semua yang bisa terurai ok.
Bar iku kalian dapat mencacah cacah sampah tersebut dengan mesin.
Lalu sampah tu dicampur dengan serbuk gergaji atau sekam. Juga masukin Cairan biotama tenang aj biotama tu ga bahaya n terbuat dari zat organik kok kalian bisa dapetin tu di supermarket ga mahal kok pokoknya tenang aja. Baru masukkan sampah tadi kedalam tong yang bawahnya dah dilubangi ±20 lubang agar uap bisa turun ke bawah. Kalo Masukin jangan terlalu penuh ya karena jika terlalu penuh sampah tadi ga bisa berfermentasi. Sa durunge ditutup berilah kain agar uap juga dapet terserap oleh kain tersebut. Nah tutup sampe rapet
Sak ben 3 hari 1x dibuka dicek jika masih basah mesthi ditambahkan serbuk gergaji, lakukan itu selama ± 3 minggu
Setelah 3 minggu pupuk siap di pack atau di berikan pada tanaman
Mudah to membuatnya jika ada kesulitan, gagal atau ada pertanyaan kalian bisa tanya pada kami anggota Duta Lingkungan smp santa maria, kirim balik keluhan pada alamat redaksi atau klik aja di pandya_dulink@ yahoo.comPasti tanaman anda makin subur, OK Maka dari itu SELAMAT MENCOBA !!!! dan Kurangi sampah di Negara ini Bye Bye.

Pandya VIII/18
Duta lingkungan smp santa maria

global warming

Pada tanggal 24-31 Agustus 2005 Louisiana, Misisipi dan Alabama dihantam oleh badai besar Katrina yang merupakan badai terbesar di dalam abad 21. hampir 200.000 m² di wilayah selatan Amerika serikat. Banyak orang menjadi korban disana. Lebih dari seribu orang kehilangan harta, benda maupun nyawa. Hal ini sering membuat kita bertanya tanya, apakah ini hanya gejala alam saja?, Apakah hal ini akan terus-menerus kita alami?. Pertanyaan tadi seakan terjawab ketika kita melihat film tentang Global warming yang telah dirampungkan oleh senator Gore. Dan hal yang membuat hati kita was-was adalah mencairnya es di kutub selatan maupun utara sehingga daratan di bumi akan tenggelam sedalam 20 kaki (6 meter).
Global warming atau kita sebut sebagai pemanasan global adalah meningkatnya temperature suhu rata-rata di atmosfer, laut dan daratan di bumi. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh asap hasil pembakaran bahan bakar fosil yang kita gunakan sehari hari dan cenderung menjadi hal pokok kehidupan. Pada waktu atmosfer makin kaya akan gas-gas tersebut, maka makin menghambat proses pantulan kembali sinar matahari. Maka sinar matahari tidak dapat keluar, akibatnya lama kelamaan atmosfer bumi akan cepat menipis cenderung lubang. Sehingga sinar UV yang dapat membahayakan kulit maupun dapat melelehkan es makin giat melancarkan usahanya dalam menggerogoti umur bumi.
Penghasil terbesar gas-gas B3 adalah Amerika, Inggris Rusia, Kanada, Jepang, dan China. Negara seperti Indonesia juga turut andil dalam pemanasan global, mengapa? Karena Indonesia tercatat dalam The Guinnes Book of record sebagai Negara paling cepat dalam hal merusak hutannya. Yang padahal telah diketahui bahwa hutan hujan tropis yang kita miliki adalah paru-paru bumi.
Temperature di permukaan bumi rata rata 15°C (59°F), tapi selam seratus tahun terakhir ini meniggi 0,6 derajat Celcius(1 derajat Fahrenheit) Jim Hansen mengatakan bahwa kenaikan suhu 1 derajat saja bisa memicu melelehnya lapisan es didunia. Mengakibatkan kenaikan volume laut serta permukaannya 9-100cm. hal itu dapat menimbulkan gelombang pasang dahsyat dan menenggelamkan 2000 pulau di bumi pada tahun 2040 mendatang tak terkecuali di Indonesia. Karena pada tahun itu pula daerah di Jakarta (Kosambi, Penjaringan, Cilincing) dan Bekasi ( Muaragembong, Babelan dan Tarumajaya) akan tenggelam semuanya. Juga kekeringan akan melanda daerah Gunung Kidul dan Wonogiri, Indonesia akan dilanda banjir besar-besaran seperti yang terjadi di Bengawan Solo, Jakarta, Semarang. Solo, Kab Bojonegoro, Babat, Lamongan, Gresik karena sudah tidak ada resapan air, maka tempat itu menjadi daerah aliran sungai (DAS).
Protokol Kyoto yang telah dilakukan sejak 1997 diikuti 2200 delegasi dari 158 negara dengan 28 pasalnya. Yang dibuka pada tanggal 1 Desember dan ditutup pada tanggal 10 Desember 1997. Dan juga dibuka pada 16 Maret 1998 untuk penandatanganan dan ditutup pada tanggal 15 Maret 1999. Kyoto protocol to the United nations framework convention on climate change (protocol Kyoto mengenai konvensi rangka kerja PBB tentang perubahan iklim) ini belum membuahkan hasil yang memuasakan. Karena Amerika dan China tak mau meratifikasi isi protocol Kyoto tersebut karena hampir 70% masyarakatnya berpenghasilan dari induustri yang mereka kembangkan. Prosentase dari protocol Kyoto itu sendiri adalah Amerika serikat (36,1%), Rusia (17,4%), Jepang (8,5%) dan Jerman (7,4%). 6 negara dibawah lima persen dan 17 negara lainnya dibawah 1 persen. Sayang Amerika mundur dan tidak meratifikasi protocol Kyoto, padahal dia Negara terbesar pengemisi karbon di dunia.
Melihat begitu besar akibat dari pemanasan global, maka dari itu kita sebagai warga Negara Indonesia yang juga turut andil dalam pemanasan global, kita harus mulai dari diri sendiri. “Kearifan menjaga lingkungan” dari dalam diri sendiri dengan cara sopan terhadap lingkungan juga ada banyak hal yang bisa kita perbuat semisal: kita dapat menanam tanaman di lingkungan sekitar, kita dapat menghimbau teman atau saudara kita, kita dapat membuang sampah pada tempatnya, mengurangi jumlah pemakaian plastik, dan yang paling mudah adalah memberitakan hal ini kepada masyarakat sekitar bahaya dari Global warming . Mulai sekarang janganlah merusak lingkungan karena betapa besar akibatnya di masa mendatang.
Kita sebagai warga Negara Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke 3 di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan lahan gambut. Jika kita tidak memulai dari sekarang, maka 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan di Kalimantan akan habis, 15 tahun lagi seluruh hutan di Indonesia akan habis tak tersisa dan pada waktu itu kita tak bisa lagi menghirup udara segar dan bumi akan sepanas Mars. Dan tak satupun makhluk hidup yang dapat bertahan termasuk kita dan anak cucu kita nanti ( Direktur Eksekutif WALHI).

P VIIID/18